Pages

31/01/2012

Studi Kasus

Kasus 1 : Hartoyo sebagai Manajer

Drs. Hartoyo telah menjadi manajer tingkat menengah dalam departemen produksi suatu perusahaan kurang lebih 6 bulan. Hartoyo bekerja pada perusahaan setelah dia pensiun dari tentara. Semangat kerja departemennya rendah sejak dia bergabung dalam perusahaan. Beberapa dari karyawan menunjukkan sikap tidak puas dan agresif.
Pada jam istirahat makan siang, Hartoyo bertanya pada Drs. Abdul Hakim, ak, manajer departemen keuangan, apakah dia mengetahui tentang semangat kerja yang rendah dalam departemen produksi. Abdul Hakim, menjawab bahwa dua telah mendengar secara informal melalui komunikasi "grapevine", bahwa para karyawan Hartoyo merasa tidak senang dengan pengambilan semua keputusan yang dibuat sendiri olehnya. Dia (Hartoyo) menyatakan, "dalam tentara, saya membuat semua keputusan untuk bagian saya, dan semua bawahan mengharapkan saya berbuat seperti itu."

Pertanyaan kasus :

1.       Gaya kepemimpinan macam apa yang digunakan oleh Hartoyo? Bagaimana keuntungan dan kelemahannya?
Bandingkan motivasi bawahan Hartoyo sekarang dan dulu sewaktu ditentara.

2.   Konsekuensinya apa, bila Hartoyo tidak dapat merubah gaya kepemimpinannya? Apa saran saudara bagi perusahaan, untuk merubah keadaan?

Jawaban Kasus : 

1.  Drs. Hartoyo menggunakan macam kepemimpinan militer yang dimanan militer mempunyai gaya kepemimpinan yang tegas. keuntungan yang di dapat dari gaya kepimimpinan hartoyo sendiri yaitu karyawan bisa menjadi disiplin dengan cara gaya kepemimpinan yang hartoyo pakai. sedangkan kelemahannya dimana hartoyo tidak bisa menjalin komunikasi dengan baik dengan karyawannya sehingga tidak bisa menerima masukan yang di berikan oleh karyawannya,, dan itu disebabkan dimana terlalu berprinsip dengan gaya militer yang telah dia dapatkan sebelumnya saat dia di tentara. 

2.   konsekuensinya bisa saja dia di tinggalkan oleh para karyawannya akibat gaya kepemimpinannya yang tidak di senangi oleh para karyawannya. saran bagi saya sebisa mungkin menjalin komunikasi baik, dan menerima kritik dan saran dari para karyawannya itu sendiri. jika hartoyo tidak ingin para karyawannya menunjukkan sikap tidak puas terhadap cara kepemimpinannya, maka dari itu pak hartoyo merubah gaya kepemimpinan militernya, soalnya sekarang dia tidak bekerja seperti dulu di kemiliteran, akan tetapi bekerja di sebuah perusahaan yang pada umumnya tidak menggunakan gaya kepemimpinan kemiliteran.