Pages

15/07/2013

Pembuatan Katana (Pedang Tradisional Jepang)

Pembuatan sebilah katana memerlukan proses yang sangat teliti dengan tingkat keakurasian yang sangat tinggi. Mulai dari pemilihan jenis bahannya hingga proses pembuatan yang dilakukan dengan tahapan-tahapan yang sudah ditentukan. Bahan Katana yang terbaik adalah jenis Tamahagane yang dipilih dari biji besi dengan proses yang sangat teliti. Satu bilah katana dengan kualitas tinggi dikerjakan dalam kurun waktu tidak kurang dari 3 bulan, bahkan terkadang memakan waktu 6 bulan.
Terdapat banyak metode pembuatan Katana dengan tangan. Beberapa menggunakan proses pemanasan dan pelipatan baja yang berulang-ulang dan menyita tenaga. Setelah selesai, bilah pedang tersebut harus dipoles dengan hati-hati sebelum sang pengrajin pedang dapat membubuhkan penanda (signature) pada hasil karya seni mereka. Katana merupakan bukti nyata dari keterampilan tangan tingkat tinggi, dan para pengrajin yang membuatnya pastilah memiliki nilai-nilai kebajikan yang unik.

Seperti halnya dengan karya seni lain, para pengrajin pedang samurai ini mengerahkan segenap jiwa mereka dalam proses pembuatannya, yang diiringi dengan kesabaran, kemauan dan keahlian untuk mencapai hasil terbaik. Banyak seniman terlibat dalam kerja keras menyempurnakan detail ornament pada hulu pedang, gagang, juga pada sarung pedangnya. Hasilnya, Katana yang layak disandang oleh para prajurit dan ksatria pada masa itu.
Secara ringkas, proses pembuatan Katana dijelaskan sebagai berikut :

1. Peleburan Baja (Smelting steel)

Pedang katana tradisional dibuat hanya dari baja murni, yang dinamakan oleh orang Jepang tamahagane (baja bernilai tinggi). Selama 3 hari 3 malam, dengan teknik tradisional, para pandai besi memindahkan sekitar 25 ton pasir sungai yang mengandung biji besi dan memasukkan arang ke dalam tatara, tungku peleburan persegi dari tanah liat yang khusus dibuat untuk menghasilkan tamahagane. Kandungan karbon pada arang pembakaran menjadi bahan kunci pembuatan baja. Suhu tatara bisa mencapai diatas 2500 F, dan panasnya mengubah bijih besi menjadi baja dan menghasilkan tamahagane kurang lebih seberat 2 ton. Harga tamahagane berkualitas tinggi bisa 50 kali lebih mahal dibandingkan dengan baja biasa yang dibuat dengan teknik modern.

2. Pelarutan Karbon (Dissolving carbon)

Selama dipanaskan pada suhu tinggi, tamahagane tidak boleh mencapai bentuk cair, agar jumlah karbon yang bereaksi dengan baja kadarnya tepat dan persentase karbon pada tamahagane akan bervariasi (antara 0.5 sampai 1.5 %). Ahli pembuat katana menggunakan 2 jenis tamahagane, yang pertama karbonnya tinggi, sangat keras, dan memungkinkan dibuat mata pedang setajam silet; sementara yang kedua, karbonnya rendah, sangat kuat, baik untuk meredam guncangan. Pedang yang hanya menggunakan salah satu jenisnya saja, maka pedang akan mudah tumpul atau mudah patah. Pada malam ketiga proses pembakaran di tungku, para ahli tatara memecahkan tungku tanah liat tersebut untuk mengeluarkan tamahagane, dan dengan mudah mereka melihat kadar karbon baja itu dari pecahan-pecahan baja yang baru jadi.

3. Menghilangkan Ketidakmurnian (Removing impurities)

Potongan-potongan tamahagane terbaik selanjutnya dikirim ke ahli pembuat pedang, yang akan memanaskan, menempa, dan melipat baja berkali-kali untuk mencampurkan besi dan karbon dan juga menghilangkan kotoran yang berupa ampas biji besi. Tahap ini selain sangat penting juga memakan waktu lama, karena jika ada unsur selain besi dan karbon yang tersisa didalamnya, akibatnya pedang menjadi tidak kuat. Saat ahli pembuat pedang selesai menghilangkan semua ampas, ia bisa menilai konsentrasi karbon di dalam tamahagane melalui kekuatan tamahagane itu saat ditempa berulang-ulang. Seorang ahli mengibaratkan penghilangan ampas dari baja ini seperti memeras air dari spons yang sangat keras.

4. Penempaan Pedang (Forging the sword)

Setelah ahli pembuat pedang menghilangkan semua ampas dengan menempa tamahagane berkali-kali, ia memanaskan baja yang keras dan berkarbon tinggi lalu membentuknya menjadi potongan panjang dengan celah panjang di tengahnya. Lalu ia menempa baja lainnya yang kuat dan berkarbon rendah yang ia bentuk agar agar bisa pas dimasukkan ke dalam celah baja satunya, dan ia tempa kedua baja yg sudah disatukan tadi. Dua jenis tamahagane kini ada di tempatnya: baja keras menjadi bagian luar dan mata pedang mematikan, sementara baja kuat menjadi bagian inti di dalam katana. Keseimbangan karakteristik yang sempurna ini membuat katana menjadi senjata samurai paling tahan lama dan berharga.

5. Melapisi Katana (Coating the katana)

Meskipun bilah utama katana telah selesai, namun pekerjaan ahli pembuat pedang masih jauh dari selesai. Ia masih perlu melapisi bilah pedang bagian atas dan bagian yang tumpul dengan lapisan tebal dari campuran tanah lempung dan bubuk arang, sementara mata pedang yang tajam hanya dilapisi tipis saja, untuk selanjutnya pedang dipanaskan untuk terakhir kali. Ini untuk melindungi bilah pedang, sekaligus menandai pedang dengan desain bergelombang yang dinamai hamon, yang akan muncul lebih jelas saat proses penggosokan.
Selanjutnya ahli pembuat pedang memanaskan katana kembali dengan suhu dibawah 1500 derajat F, jika lebih dari itu maka pedang bisa retak di proses selanjutnya.

6. Membentuk (melengkungkan) Katana (Curving the blade)

Selanjutnya, sang ahli pembuat pedang mengeluarkan bilah pedang dari api lalu memasukkannya dengan cepat ke dalam bak air untuk mendinginkannya dengan segera. Proses ini disebut “pendinginan cepat.” Karena bagian dalam dan belakang pedang mengandung karbon yang sangat sedikit, maka akan lebih terkontraksi saat pemkanasan dibandingkan dengan bagian depan yang tajam yang mengandung karbon lebih tinggi. Perbedaan kecepatan dan tingkat kontraksi antara dua jenis tamahagane ini, menyebabkan pedang melengkung dan  menciptakan bentuk lengkung yang khas. Tahap ini adalah tahap yang sulit, karena dari tiga pedang yang dibuat akan ada satu yang gagal.

7. Menambahkan Sentuhan Akhir (Polishing the blade)

Pada tahap akhir, para penempa menambahkan penanda besi atau jenis logam lain pada pegangan pedang. Lalu, tukang kayu membungkus senjata itu dengan sarung pedang kayu yang dipernis dan dihias dengan beragam ornamen oleh para seniman. Dibuat dari emas atau kulit eksotis dan bebatuan, pegangan katana adalah karya seni seperti bilah pedangnya itu sendiri. Akhirnya katana dikembalikan ke ahli pembuat pedang yang akan mengecek pedang itu untuk terakhir kali. Membutuhkan waktu hampir 6 bulan dan tenaga 15 orang untuk membuat satu buah pedang katana. Walau diciptakan untuk prajurit samurai, pedang ini akan laku diantara kolektor benda seni dengan harga ratusan ribu dolar.

Sampai Kapan Android Mendominasi Pasar OS Dunia?

Kesuksesan Android menurutnya tak lepas dari banyaknya pilihan perangkat yang tersedia dengan berbagai merek. Samsung, lagi-lagi, diprediksi sebagai produsen Android terpopuler meskipun penjualan perangkat Android buatan LG dan Sony juga terlihat mengalami peningkatan.

Yang menarik, tahun ini Google Android telah mengontrol pasar smartphone dunia sebesar 68,3%. Dominasi Android ini akan terus bertahan hingga tahun-tahun mendatang tapi akan sedikit melemah di tahun 2016 dengan penguasaan pasar 63,8%. Di posisi kedua, tidak beranjak Apple iOS dengan 18,8%. Di tahun 2016, iOS diperkirakan mengalami lonjakan tipis dengan penguasaan pasar 19,1%. Catatan IDC, jika Apple tidak membuat produk dengan harga murah maka dominasinya di pasar masih akan terus tertinggal di belakang Android.

Sisanya, Windows Phone OS milik Microsoft menguasai pasar 2,6% di tahun 2012, sementara BlackBerry hanya 4,7% saja. Di tahun 2016, Windows Phone diprediksi naik hingga 11,4% sedangkan BlackBerry harus turun di 4,1%.

Dominasi mutlak Android di jagat smartphone bisa dibilang sudah bisa ditebak. Pasalnya, OS besutan Google ini disokong oleh banyak vendor. Sehingga dengan strategi 'keroyokan' ini, si robot hijau mampu meraup pangsa pasar yang lebih besar ketimbang pesaingnya. Berbeda dengan iOS dan BlackBerry yang sama-sama single fighter alias cuma diadopsi oleh perangkat smartphone keluaran Apple dan RIM.

BLSM : Rakyat atau ParPol ?

Setelah harga bahan bakar minyak, terbitlah penyaluran BLSM. Pemerintah sangat optimistis penurunan daya beli masyarakat akan kenaikan harga BBM bisa diatasi dengan program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) yang dulu sangat dikenal dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT). BLSM ( Bantuan Langsung Tunai Sementara ) adalah kebijakan baru yang diambil pemerintah sebagai pengganti dari pengurangan RAPBN terhadap subsidi BBM.

Pengamat politik dari LIPI, Prof Dr Siti Zuhro mengatakan, rakyat saat ini sudah cerdas dalam menilai kebijakan yang dikeluarkan atas isu kenaikan harga BBM yang akan diterapkan pemerintah sebagai syarat politisasi lantaran mendekati Pemilu 2014. Meski masa pemerintahan Presiden SBY akan berakhir pada 2014.

Menurutnya Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) memang diperlukan oleh rakyat mengingat harga-harga mulai merangkak naik ketika BBM subsidi dinaikkan. Seorang anggota DPR dari Partai Gerindra Arif Pouyono mengatakan sedikitnya Rp 180 miliar yang seharusnya digunakan untuk sosialisasi kompensasi penaikan BBM itu diperkirakan akan diselewengkan.

Dalam APBN-P 2013 tercatat dana safeguarding seharusnya dipakai untuk imbal jasa pengiriman, pencetakan dan biaya kirim lembar, dan pengamanan distribusi kartu dan bantuan. Nilai totalnya mencapai Rp 360,1 milyar.

Biaya sosialisasi BLSM sebenarnya hanya menghabiskan sebesar 50% dari dana yang dianggarkan. Oleh karena itu, ia mengherankan penetapan anggaran sebesar itu untuk biaya sosialisasi.

Sosialisasi BLSM juga dapat dijadikan kampanye terselubung oleh partai penguasa. Arif mengungkapkan, dana pengamanan ini sebenarnya disediakan pemerintah setiap kali penaikan harga BBM.

Namun, belum pernah dilakukan audit pemanfaatan dana tersebut. "Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan lembaga pemeriksa harus audit pemanfaatannya dana pengamanan ini," tegas Arif. Dia juga mengimbau, seluruh pihak untuk memantau penyaluran BLSM. Sebab dana kompensasi yang besar itu juga sarat penyelewengan.


Kenaikan Harga BBM dan Dampaknya terhadap daya beli Masyarakat

Kenaikan harga BBM pada bulan Juni 2013 kemarin memberikan dampak yang cukup besar terhadap daya beli masyarakat. Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan beberapa data makro ekonomi Indonesia dalam sebulan terakhir. Meskipun Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami deflasi Mei kemarin, namun pergerakan ekonomi global yang kurang stabil telah membuat ekonomi Indonesia mengalami guncangan. 

Menurut Institute for Development of Economics & Finance (INDEF) memproyeksikan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang diikuti dengan laju inflasi akan menurunkan daya beli masyarakat antara 10%-15%. Naiknya harga beragam kebutuhan pokok sejak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan menjelang puasa juga membuat daya beli masyarakat berkurang.

Penurunan daya beli masyarakat yang terjadi sesungguhnya lebih dikarenakan naiknya harga kebutuhan pokok yang terjadi sejak naiknya harga BBM. Dimana masih banyak masyarakat yang berpenghasilan dibawah rata-rata sehingga hal ini tidak berdampak baik.